Selasa, 11 Maret 2008

Sang "3,4 defect per juta" yang terkenal itu

Nah kini kita bicara mengenai pemahaman 3,4 defect per juta dari Six Sigma. Inilah definisi orang awam terhadap konsep Six Sigma. Inilah definisi yang menyurutkan niat para manager dan engineer untuk mempelajari Six Sigma. Dan terminologi ini juga yang sering kali menyulitkan Six Sigma untuk diterima di sebuah organisasi sebagai sebuah inisiatif kualitas.

Tingkat defect yang demikian kecil itu akan dipersepsikan hanya bisa terjadi di perusahaan kelas dunia, dengan teknologi dan ekspert yang canggih. Sehingga akan segera tercipta resist dan logika perlawanan : "Hal itu tidak bisa diaplikasikan disini, teknologi kita cuma sederhana dan SDM kita juga tidak mungkin mampu". Atau yang paling sering didengan adalah :"3,4 defect/juta itu tidak mungkin, defect kami satu persen sudah yang terbaik yang bisa kami lakukan dengan alat dan mesin yang ada". Banyak antilogika yang bisa disiapkan untuk menolak kenyataan bahwa Six Sigma dapat diaplikasikan di organisasi mereka. Apa sebenarnya yang ingin diungkapkan dengan nilai 3,4 defect/juta ini (lebih singkatnya kita sebut 3,4 ppm (part per million) ?

Pemilihan terminologi Six Sigma oleh Motorola didasarkan pada konsep variasi proses dalam distribusi normal (What is this?Baca artikel mengenai keajaiban dunia bernama distribusi normal di halaman ini). Secara filosofis apabila variasi proses memenuhi tingkat 6 sigma maka peluang terjadinya defect adalah benar 3,4 ppm. Namun sebenarnya terminologi Six Sigma ini bisa dikatakan hanyalah sebuah Gimmick sebuah tujuan ideal yang ingin dicapai. Sebuah perusahaan yang menerapkan Six Sigma mungkin baru bisa mencapai level ini setelah implementasi 5 - 8 tahun.

Terminologi 3,4 ppm akan menjadi tujuan akhir dan filosofi yang mendasari proses continuous improvement yang dilengkapi dengan tool statistik maupun empiris lengkap, didukung oleh senior leadership dengan komitmen dan konsistensi, dilaksanakan oleh SDM yang telah menjadi prajurit Six Sigma setelah dilengkapi skema training yang komprehensif dan dicapai melalui project-project improvement yang dimonitor dengan baik. Inilah yang menjadikan Six Sigma sebagai suatu kekuatan baru sebuah organisasi untuk memenangkan persaingan.

Best Practice Continous Improvement Concept
Yang sebenarnya harus dipahami dari Six Sigma bukanlah sekedar konsep 3,4 ppm tersebut tapi melihat Six Sigma sebagai satu konsep improvement yang terintegrasi, tools yang lengkap dan flexible, pemberdayaan dan skema training yang menghasilkan kader pemimpin hebat, dan transformasi organisasi menjadi customer oriented focus. Hampir seluruh perusahaan yang menerapkan Six Sigma dengan benar menghasilkan SDM yang berkompeten dengan leadership yang kuat, kemampuan analisis memecahkan masalah yang ekselen, dan budaya improvement yang kental. Bisa dikatakan Six Sigma merupakan best practice dalam konsep Continuous Improvement yang ada sampai saat ini.

Dan apakah itu berarti 3,4 ppm itu hanya takhayul? Setelah anda memahami konsep six sigma lebih mendalam saya yakin bukan saja anda akan mempercayai fenomena ini tapi juga bersiaplah mengalami transformasi menjadi manusia super optimis dalam melihat sebuah improvement. Dan sebagai akhir artikel ini saya katakan bahwa 3,4 ppm itu sudah dicapai di ratusan proses pada perusahaan-perusahaan yang menerapkan Six Sigma.

Itu bukan takhayul.





Tidak ada komentar: